BONDOWOSO, radar-x.net – Banyak guru masih mengeluhkan bahan ajar yang tidak kontekstual dengan kondisi siswa. Menurut perwakilan guru bahasa Indonesia se-eks Karesidenan Besuki, hal itu karena bahan ajar belum memuat kearifan lokal.
Hal itu terungkap dalam Acara diskusi terpumpun dengan tema “pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal”, pada Jumat (11/5/2018) di Hotel Seven Dream Jember.
Pada acara tersebut dihadirkan dua pemantik diskusi, yaitu ketua Tim Peneliti yang akan mengembangkan bahan ajar berbasis kearifan lokal, Dr. Muji, M.Pd., dan praktisi pendidikan dari SMP Negeri Klabang Bondowoso, Mohammad Hairul, S.Pd., M.Pd., yang sekaligus Ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia) Kabupaten Bondowoso. Bertindak selaku moderator adalah Dr. Arju Muti’ah, M.Pd.
Mohammad Hairul, S.Pd., M.Pd memaparkan makalah berjudul “Problematika Pembelajaran Bahasa Indoesia SMP”. Menurut Hairul, masih banyak guru mengajarkan bahan ajar kurikulum 2013 tanpa menghayati perubahan paradigma sebagai dampak perubahan kurikulum.
“ Kurikulum 2013 memosisikan bahasa Indonesia sebagai pengarakteran atau humanisasi, dan sebagai pemahiran keterampilan berbahasa atau pragmatisasi,” ujarnya.
Menurutnya, pembelajaran berbasis teks terdiri atas pembelajaran praksis lingual, logikal, dan konteks sosio-kultural. “Pada aspek sosio-kultural itulah pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal dapat dikembangkan,” tandasnya.
Dr. Muji M.Pd. menanggapi problematika pembelajaran bahasa Indonesia di SMP dengan menyampaikan perlunya pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal.
Menurut Muji, begitu banyak nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan aset kekayaan budaya di eks-Karesidenan Besuki.
“Nilai-Nilai kearifan lokal tersebut perlu diwariskan pada generasi muda melalui pembelajaran di sekolah. Hal itu dimaksudkan agar generasi masa depan tidak tercabut dari akar budaya nenek moyang yang sejatinya penuh dengan nilai-nilai kearifan,” kata Muji.
Puluhan guru bahasa Indonesia SMP dari lima kabupaten, yakni Banyuwangi, Situbondo, Lumajang, Jember, dan Bondowoso pada kesempatan itu mendukung Universitas Jember untuk mengembangkan bahan ajar berbasis kearifan lokal di eks-Karesidenan Besuki.
Seluruh peserta berkesempatan menyampaikan pandangan tentang problematika pembelajaran yang dialami terkait bahan ajar.
Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB itu diakhiri pada pukul 11.00 WIB. Secara umum acara berlangsung sangat dialogis penuh suasana keakraban. (Arik)