Suasana di acara Tumpeng Nggelar Songo di Desa/Kecamatan Glagah Banyuwangi. |
BANYUWANGI, radar-x.net – Ritual selamatan desa yang merupakan tradisi selamatan warga Osing Desa/Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur lebih dikenal dengan “Tumpeng Nggelar Songo” dan 999 “Takir Jenang Suro” dilaksanakan pada Minggu (01/10/2017). Selamatan ini sendiri merupakan ungkapan wujud syukur kepada Sang Maha Pencipta atas anugerah dan keberkahan yang selama ini diterima dengan cara swadaya.
Tradisi yang secara rutin digelar setiap tahun sekali ini dilaksanakan di Balai Desa Glagah, Minggu (01/10/2017) berbarengan dengan Hari Kesaktian Pancasila. Ratusan warga Desa Glagah dan sekitarnya tampak hadir menyaksikan tradisi warga Osing tersebut. Bahkan Camat Glagah, H. Astorik, S.Sos, perwakilan dari Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Banyuwangi, perwakilan Polsek Glagah, Koramil Glagah, PARFI Banyuwangi dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara serta ratusan warga sekitar Kecamatan Glagah tampak mangayubagyo.
Teguh Eko Rahadi, SAB selaku ketua panitia menjelaskan, bahwa acara ini digelar sebagai perwujudan rasa syukur Masyarakat Desa Glagah kepada Allah SWT, sekaligus sebagai wadah untuk edukasi, khususnya generasi muda Desa Glagah agar tidak melupakan tradisi ritual adat yang mengandung makna spiritual yang sudah ada sejak jaman nenek moyang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Acara selamatan ini merupakan tradisi yang sebenarnya sudah ada semenjak dahulu. Tujuan digelarnya acara ini selain sebagai wujud rasa syukur Masyarakat Desa Glagah, juga sebagai edukasi khususnya generasi muda Desa Glagah agar jangan sampai melupakan jati diri adat istiadat Bangsa Indonesia yang selalu menjunjung tinggi semangat gotong royong,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Glagah ini.
Lebih lanjut pria yang juga ketua PARFI Banyuwangi mengatakan, bahwa acara sengaja diberi tema “Nggelar Tumpeng Songo” mengandung makna jumlah nasi tumpeng “perucut” sebanyak sembilan dan berbentuk mengerucut adalah wujud dari 9 sumber hawa nafsu yang harus selalu tunduk kepada Sang Maha Segala. Jadi, lanjutnya lagi, selain wujud rasa syukur atas semua nikmat yang telah diterima, juga menjadi ajang pengingat agar kita selalu bisa mengendalikan hawa nafsu dan selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa.
“Nggelar Tumpeng Songo”, berarti mensyukuri dan meniatkan semua hanya karena Allah SWT. Kedepannya saya berharap kepada generasi muda bisa melestarikan adat istiadat ini supaya bisa diwariskan ke anak cucu dan menjadi pengingat jati diri masyarakat Banyuwangi,” jelas Teguh Eko Rahadi.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas melalui Camat Glagah, Astorik, berharap kedepannya acara selamatan desa ini bisa diangkat ke dalam Banyuwangi Festival dengan tujuan melestarikan kearifan lokal Banyuwangi sekaligus mengenalkan tradisi dan budaya daerah ke tingkat yang lebih luas.
“Tradisi selamatan ‘Nggelar Tumpeng Songo dan Takir Jenang Suro’ ini akan kami usulkan ke Dinas Pariwisata supaya dijadikan agenda tahunan dan menjadi warisan untuk generasi kita serta menjadi salah satu bukti kearifan khasanah adat budaya NKRI,” tutur Astorik.
Hal Senada, disampaikan oleh ketua BPD dan Kades Glagah, HM. Hairihi berharap tradisi di wilayahnya tersebut bisa menjadi perekat kembali tali silaturahmi untuk menuju Desa Glagah yang mandiri, bermartabat dan lebih baik.
“Ritual adat ini rutin dilaksanakan setahun sekali, sebagai ungkapan syukur agar diberikan keselamatan dan hasil bumi yang melimpah di Desa Glagah. Saya berharap acara ini bisa menjadi perekat tali silaturahmi untuk menuju Desa Glagah yang lebih baik.” jelasnya. (Dafid Firmansyah)