INDRAMAYU, radar-x.net – Pemerintah Desa Patrol Lor Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu gelar acara adat budaya sedekah bumi, yang bertempat di kantor desa patrol lor, Senin (31/12/2018).
Acara tersebut dihadiri Teguh Budiarso, S.Sos.,M.Si., Camat Patrol,Ormas,Tokoh masyarakat dan warga sekitar, sebagai hiburan untuk masyarakat, panitia pelaksana turut menggelar hiburan wayang kulit Wiku Suwara semalam suntuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hasim salah satu tokoh masyarakat yang menghadiri acara tersebut, memberikan apresiasi yang sebesar besarnya kepada pemerintahan desa setempat yang melaksanakan acara sedekah bumi.
“Saya memberikan apresiasi kepada pemerintahan desa yang tidak lupa dengan budaya nenek moyang kita, yaitu adat budaya jawa. Salah satunya adalah sedekah bumi yang merupakan wujud dari rasa syukur kita kepada yang maha kuasa, sehingga kita tidak lupa diri dan di harapkan kedepannya para petani mendapatkan panen yang melimpah,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan H. Samin, warga sekitar yang menghadiri acara adat budaya sedekah bumi dan pagelaran wayang kulit tersebut. “Acara sedekah bumi setiap tahun di gelar di desa kami, dan untuk hiburannya seperti biasa wayang kulit semalam suntuk. Saya warga sini merasa senang dan bangga memiliki kuwu yang tidak lupa dengan budaya atau tradisi nenek moyang. Saya sebagai warga mengucapkan banyak terima kasih kepada pemerintahan desa yang sudah menggelar acara sedekah bumi dan memberi kami hiburan wayang kulit,” katanya.
Ketika di temui di sela sela kegiatannya, H. Sulaiman NK, Kuwu Patrol Lor mengatakan, bahwa tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu.
” Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa yang berprofesi sebagai petani, nelayan yang menggantunggkan hidup keluarga dan sanak family mereka dari mengais rezeki dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi,” paparnya.
Bagi masyarakat Jawa, lanjut Kuwu, khususnya para kaum petani dan para nelayan, tradisi ritual tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan tetapi tradisi sedakah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu. Upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian dari masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya Jawa.
Sulaiman juga menjelaskan, bahwa pada acara upacara tradisi sedekah bumi tersebut umumnya, tidak banyak peristiwa dan kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Hanya saja, pada waktu acara tersebut biasanya seluruh masyarakat sekitar yang merayakannya tradisi sedekah bumi membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di balai desa atau tempat-tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut.
“Setelah itu, kemudian masyarakat membawa tumpeng tersebut ke balai desa atau tempat setempat untuk di doakan oleh sesepuh adat. Setelah di doakan oleh sesepuh adat, kemudian kembali diserahkan kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di doakan oleh sesepuh adat setempat kemudian di makan secara ramai-ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa nasi tumpeng tersebut yang membawanya pulang untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing,” jelasnya. (Nas)