Dede Farhan Aulawi: Perlu Sentuhan Teknologi dan Profesionalitas Dalam Tata Kelola Ternak Sapi Perah

- Penulis Berita

Rabu, 19 Februari 2020 - 11:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Radar-x.net – Jika pada permulaannya orang beternak untuk penggemukan agar bisa diambil dagingnya saja, maka saat ini perspektif ekonominya tidak sekedar itu, sehingga lahir peluang dengan berkembangnya peminatan dari ternak sapi perah untuk diambil manfaat ekonominya berupa susu.

“Spesies Bos Taurus ini memiliki kemampuan menghasilkan susu dalam jumlah besar. Prospek bisnisnya juga sangat menarik karena peningkatan permintaan pasar yang sangat tinggi. Namun sentuhan teknologi dan profesionalitas dalam tata kelola ternak masih harus ditingkatkan, sehingga produktivitas peternak harapannya bisa semakin meningkat “, demikian diungkapkan oleh Pemerhati Peternak Sapi, Dede Farhan Aulawi.

Hal ini disampaikan oleh Dede saat meninjau salah satu sentra peternak sapi perah di kawasan Guranteng – Ciawi, Tasikmalaya, pada Jum’at (14/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ini memang terlihat adanya peningkatan populasi sapi perah sampai sekitar 8.832 ekor melalui skema importasi dengan realisasi investasi secara kumulatif mencapai nilai US$62,15 juta yang berasal investor Elemen Livestock, Greenfields Indonesia, dan Raffles Pasific Harvest.

Baca Juga:  Warga Desa Napo Daya, Dikagetkan Dengan Keberadaan Sapi Melintas Tengah Malam

Dede juga mengingatkan, bahwa ada hal yang menarik jika merujuk pada data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang mencatat bahwa konsumsi susu Indonesia mencapai 3,91 juta ton setiap tahunnya dengan 56 persen konsumsi dalam bentuk susu segar, susu ultra high temperature (UHT), susu fermentasi, susu kental, dan krim.

“Hal tersebut tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para peternak Indonesia. Namun yang ingin saya garisbawahi adalah peternak Indonesia harus ditingkatkan kesejahteraannya. Kenapa?, karena saat ini jauh lebih banyak “Buruh Ternak”, sehingga mereka belum tersentuh banyak dalam konteks peningkatan kesejahteraannya. Seharusnya ada road map bagi mereka yang saat ini sebagai buruh ternak, maka suatu saat mereka harus jadi peternak atas sapi-sapinya sendiri, sehingga masa depan mereka lebih terjamin dan lebih sejahtera “, tegas Dede.

Masih banyak hal yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat ternak sapi Indonesia, misalnya terkait manajemen kandang, pakan, dan pencatatan perkembangan sapi yang menjadi bagian dari ilmu administrasi peternakan. Termasuk perbaikan pola beternak, serta tata kelola pakan seperti menanam jagung dan rumput gajah. Jika keinginan beternak tersebut dipoles dengan pengetahuan dan keterampilan ternak yang baik, maka pasti kesejahteraan peternak akan semankin meningkat. Sebagai bahan perbandingan lihat saja data jumlah kepemilikan sapi oleh peternak di beberapa negara. Di Selandia Baru setiap peternak rata-rata memiliki 375 ekor sapi. Di Australia sekitar 220 ekor per peternak. Di Inggris peternak rata-rata memiliki 100 ekor. Sementara di Indonesia rata-rata setiap peternak memiliki 4 ekor sapi saja.

Baca Juga:  Sekda dan Forkopimda Aceh Sambut Kapolda di Bandara SIM

Secara umum sapi dapat hidup hingga usia 20 tahun, tetapi sapi yang dibesarkan untuk diperah jarang sekali dipertahankan hingga usia tersebut karena ketika sapi perah tidak produktif, umumnya akan disembelih. Sapi perah yang sudah tua rentan terhadap penyakit seperti mastitis yang dapat memengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Di India dan Nepal, sapi perah yang tidak produktif dapat terlihat berkeliaran di jalanan kota dan dibiarkan begitu saja sampai meninggal karena sakit atau usia lanjut. Beberapa organisasi Hindu membangun rumah singgah khusus sapi yang disebut dengan Goshala untuk tempat peristirahatan terakhir.

“Disamping hasil produk berupa susu atau daging, sebenarnya bisa dikemas juga dalam paket wisata edukasi ternak. Prinsipnya rekreatif, edukatif, produktif dan prospektif. Kemasan kreatifnya tentu bisa didesain dengan melakukan kerjasama yang lebih luas. Tapi tentu teknik dan manajemen kemasan menjadi sangat penting agar memiliki daya pikat kunjungan wisata“, pungkas Dede. (*)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Kunjungi Istana Niat Lima Laras
Sah! Istana Niat Lima Laras Akan Ditetapkan Jadi Cagar Budaya
Dede Farhan Aulawi Jelaskan Fungsi Strategis Penerangan Dalam Rakornispen TNI TA 2024
Buka MTQ ke -XVII Tingkat Kabupaten Batu Bara, Pj. Nizhamul : Jadikan Momentum Implementasi Nilai Al – Qur’an
Gelar Pengajian Pasca Pringati Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW, Bukit Bambe
Partai PSI dan Gerindra Gelar Deklarasi Siap Menangkan Prabowo-Gibran di Aceh Tenggara
17.214 KK Penerima Manfaat di Aceh Tenggara Terima Bantuan Cadangan Beras Pemerintah
196 Anggota KPPS di Kecamatan Lawe Sumur, Diharapkan Maksimal Saat Pemungutan Suara
Berita ini 7 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 28 Maret 2024 - 22:34 WIB

PEMDes Jambangan: Selamat Hari Idul Fitri 1445 H/2024

Kamis, 28 Maret 2024 - 20:38 WIB

Memperkuat Transparansi, Terpampang Baliho APBDes Tahun 2024 & Laporan Realisasi Desa Wonoayu Tahun 2023

Kamis, 28 Maret 2024 - 19:07 WIB

Pengendalian Hama Tikus Sawah Oleh Gapoktan dan Pemerintah Desa Wonoayu

Kamis, 28 Maret 2024 - 17:00 WIB

DPPKB Aceh Tenggara Akan Launching Program RDK di 20 Desa

Kamis, 28 Maret 2024 - 14:55 WIB

Pj. Bupati Batu Bara Ajak Masyarakat Sukseskan Bulan Bakti Timbang Balita

Kamis, 28 Maret 2024 - 11:59 WIB

Pj. Bupati Nizhamul Promosikan Budaya dan Wisata Batu Bara ke Kancah Internasional

Kamis, 28 Maret 2024 - 11:21 WIB

Secara Simbolis Pj Bupati Bondowoso Di Dampingi Sekda Serahkan Bantuan Benih Padi

Kamis, 28 Maret 2024 - 10:34 WIB

Pj Bupati Bondowoso Launching Sistem Informasi Kearsipan Dinamis Terintegrasi Srikandi

Berita Terbaru

Pemerintahan

PEMDes Jambangan: Selamat Hari Idul Fitri 1445 H/2024

Kamis, 28 Mar 2024 - 22:34 WIB