Sampang, radar-x.net – Mairi kepala desa Aeng Sareh kecamatan/kabupaten Sampang, bersama beberapa warganya turun langsung meninjau lokasi dan melakukan penyedotan air banjir dengan menggunakan alkon. Minggu dini hari (03/01/2021).
Pasalnya, lokasi tersebut biasa menjadi langganan genangan air hingga mengakibatkan banjir yang mengganggu pengguna jalan menuju kota Sampang – Pangarengan dan Surabaya, begitupun sebaliknya.
Ironisnya, akibat dari luapan air hujan yang mencapai setinggi 20 hingga 30 cm itu, maka jalur alternatif atau jalan provinsi di desa Aeng Sareh, tepatnya di depan pasar hewan sempat lumpuh sehingga memperlambat lancarnya pengguna jalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan pantauan awak media radar-x di lokasi, akibat dari air banjir tersebut, sempat terjadi kecelakaan ringan yang mengakibatkan roda dua menjadi korban tabrak dari belakang oleh kendaraan besar karena berhenti ingin menghindari genangan air.
Mairi kepala desa Aeng Sareh saat dikonfirmasi oleh media radar-x di lokasi mengatakan, bahwa pihaknya turun ke lokasi untuk melakukan sesuatu agar air hujan di jalan tersebut tidak tambah parah.
“Ya gak apa-apa lah mas…! Setelah semua beres dan air banjir semakin surut, kami bersama warga akan istirahat dan akan melakukan peninjauan lagi besok siang, biar jelas apa penyebab utamanya dari banjir ini, karena kalau setiap hujan pasti mengakibatkan banjir.” kata Mairi sambil meninjau saluran yang buntu.
“Kami tidak punya wewenang sepenuhnya soal ini, baik jalan maupun salurannya ini ranahnya Provinsi, namun saya sudah memberitahukan kondisi disini ketika hujan, waktu ada rapat di kantor kecamatan Sampang.” Jelas Mairi.
Pria yang biasa disapa “Bun Mair” ini mengungkapkan, bahwa selain masalah banjir, kami juga menyayangkan bahwa pengelolaan dan manejemen di pasar hewan kurang profesional.
“Ini kan pasar hewan, setiap hewan yang dibawa masuk ke pasar pasti ada biayanya sehingga ada masukan untuk PADnya daerah, tetapi kalau disini gimana mau naik PADnya, kalau pasar hewan tidak ada pagarnya sehingga para pedagang hewan masuk lewat samping tanpa bayar.” Ungkap Mair.
“Coba saja hitung, seumpama satu ekor sapi bayar karcisnya Rp.10.000, kalau yang lewat samping sampai 15 ekor sapi, kan sayang kalau selama ini seperti itu.” Tandas Mair.
“Kami berharap kepada pemerintah daerah supaya bisa menanggapi permasalahan ini, dan perlunya dianggarkan dan dibahas di Muskab.” Harap mair.
Hingga berita ini dinaikkan, Kelapa desa Aeng Sareh terus melakukan penyedotan pada air banjir. (MK)