SAMPANG, radar-x.net – Merayakan Hari Raya Idul Fitri memerupakan salah satu momen yang sangat dinanti oleh banyak kalangan, apalagi bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan dan pastinya akan merayakan hari kemengannya dengan berbagai sambutan, mulai dari mempersiapkan menu makanan sampai dengan menyambutnya dengan serba baru (Baju baru, sandal baru, sarung baru, kopyah baru dan suasana kehidupannya pun dimulai seakan-baru selepas bermaaf-maafan).
Terlepas dari itu perayaan lebaran biasanya dirayakan selama tujuh hari sampai hari ke 7, pasca Lebaran Idul Fitri tepatnya 1 Syawal tahun Hijriyah.
Lebaran ketujuh biasanya Identik dengan sebutan Lebaran Ketupat (Tellasan Topak) bagi masyarakat Madura khususnya Sampang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tellasan topak itu sendiri merupakan merupakan tradisi turun temurun di pulau Madura sebagai wujud syukur yang tiada henti setelah menjalani ibadah Ramadhan. Ada dari sebagian ulama’ menganjurkannya untuk melanjutkan puasa enam hari di bulan Syawal (pasca Idul Fitri).
Selain itu “Tellasan Topak” menjadi momentum untuk melakukan Silaturahmi pada tetangga, sanak family dan kerabat sampai keluarga yang ada di tempat lain, yang lebih mudahnya disebut (jung-unjung) saling berkunjung.
Dalam momen “Telasan Topak” yaitu saling berbagi rejeki kepada tetangga dan kerabat yang dikenal dengan “Ter ater” (mengantar makanan), saling berkunjung dan menyantap bersama masakan yang sudah di siapkan oleh tuan rumahnya.
Selain menggelar silaturrohim dan saling berbagi makanan (Jung-unjung daan Ter-ater) ada sebagian yang melakukan ziarah ke makam keluarga dan leluhur juga ke tempat ziarah makam Tokoh Agama.
Dalam merayakan “Telasan Topak” suasanapun bernuansa Ketupat, ada yang sengaja menghias rumah dengan pernak pernik ketupat, ada yang mobil dan motornya di gantungi ketupat sampai setiap rumah warga memasak ketupat yang terbuat dari daun kelapa (Ompai) yang isinya beras, dan juga yang memasak leppet (Serpang) yang terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa yang dibungkus dengan daun kelapa.
Tidak hanya itu, “Ter-ater” merupakan tradisi yang sangat kental bagi warga Madura, dan sampai-sampai mereka merasa kurang sempurna jika tidak melakukan “Ter-ater” di hari ketujuh Lebaran itu (Tellasan Topak).
Nafa salah satu anak warga di Desa Sogiyan Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Jawa Timur, saat itu ia sedang mengantarkan makanan kerumah tengganya demi menjalin hubungan silaturrohim yang kental dikenal “Ter-ater”.
Hasil dari rangkuman awak media radar-x dilapangan, meskipun dengan adanya suasana yang sedang pandemi Covid-19 ini, namun dan ternyata itu semua tidak mengurangi dan menyurutkan semangat melakukan tradisi adat yang turun temurun itu, bahkan semua warga saling berbagi makanan sesuai dengan kemampuannya yang disebut “Ter-ater”. (MK)