![]() |
Salah satu Kerapan sapi milik Muhammad Hasan Faisol, yang ikut lomba. |
BANGKALAN, radar-x.net – Tradisi Madura yang sampai saat ini tetap selalau dibanggakan salah satunya adalah Tradisi “KERAPAN SAPI” Seperti yang dilakukan pada Minggu (15/10/2017) untuk memperebutkan Piala Presiden 2017, dilapangan Skep Bangkalan, yang merupakan salah satu lapangan kebanggaan Masyarakat Bangkalan Madura.
Menurut sejarah, Karapan Sapi adalah acara khas Masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan dilombakan lagi pada final di akhir bulan September atau October. Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit.
Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagi masyarakat Madura, Kerapan dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Untuk saat ini, selain sebagai ajang yang membanggakan, kerapan sapi juga memiliki peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi, yaitu sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan.
Prosesi awal dari karapan sapi ini adalah dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura, yaitu Saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah, sedang babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok yang menang.
Ditengah hiruk pikuknya penonton wartawan radar-x sempat mewawancarai salah satu Putra terbaik Bangkalan, H. Mohammad Hasan faisol, S,STP., yang juga sebagai pegawai abdi Negara yang ada di pemerintahan Kabupaten Bangkalan.
Dikatakannya, bahwa kerapan sapi termasuk salah satu hobinya mulai turun temurun, namun disamping itu dirinya merasa bangga bisa ikut serta melestarikan budaya Madura yang hampir hilang.
“Alhamdulillah, hari ini saya bisa berpartisipasi ngerap di 3 (tiga) Kabupaten, seperti bangkalan 2 sapi dan di Pamekasan 4 sapi, dan Sumenep 1 sapi. Semoga selamat tidak ada masalah, kalah menang itu sudah biasa,” kata Faisol sambil tersenyum.
Hal tersebut patut di acungi jempol, sebab di sela-sela kesibukannya mengurusi pekerjaannya di pemerintahan Kabupaten Bangkalan, dirinya ingin ikut serta melestarikan Budaya Madura. (Yusuf)